4 Brand Sangat Terkenal yang Bangkrut di Indonesia: Ketika Nama Besar Tak Menjamin Bertahan

pttogel Di tengah ketatnya persaingan bisnis, tak sedikit perusahaan besar yang dulunya begitu populer, akhirnya harus gulung tikar di Indonesia. Nama besar, loyalitas pelanggan, bahkan keberadaan global tidak selalu cukup untuk menjamin kelangsungan hidup sebuah brand di pasar lokal. Beberapa faktor seperti perubahan perilaku konsumen, inovasi yang mandek, atau krisis finansial bisa menjadi penyebab runtuhnya brand besar.

Berikut ini adalah 4 brand sangat terkenal yang dulunya begitu dominan di pasar Indonesia, namun kini tinggal nama:

baca juga: pengakuan-novel-baswedan-tawaran-tangkap-harun-masiku-ditolak-pimpinan-kpk


1. Nokia – Raja Ponsel yang Terlena

Di awal tahun 2000-an, Nokia adalah raja ponsel di Indonesia. Produk-produknya seperti Nokia 3310, 6600, dan N-Gage menjadi ikon generasi muda. Fitur-fitur sederhana namun andal, serta daya tahan baterai yang luar biasa, membuat Nokia tak tergantikan di hati masyarakat Indonesia.

Namun, seiring berkembangnya teknologi smartphone, Nokia lambat beradaptasi. Ketika Android dan iOS mulai mengambil alih pasar, Nokia masih mempertahankan sistem operasi Symbian yang ketinggalan zaman. Keputusan untuk bekerja sama dengan Windows Phone alih-alih Android pun terbukti menjadi kesalahan fatal.

Di Indonesia, dominasi Nokia mulai luntur pada pertengahan 2010-an, dan akhirnya hilang dari pasar utama. Meski brand ini sempat dihidupkan kembali oleh HMD Global, eksistensinya di Indonesia tetap tidak sekuat dulu.


2. Dunkin’ Donuts – Cita Rasa yang Tertinggal Zaman

Dunkin’ Donuts pernah menjadi pilihan utama untuk donat dan kopi di Indonesia, khususnya pada 1990-an hingga awal 2000-an. Gerainya banyak ditemukan di pusat perbelanjaan, bandara, dan perkantoran. Brand asal Amerika ini terkenal dengan konsep “coffee and donut break” yang sempat digandrungi kaum urban.

Namun, kehadiran brand baru seperti J.CO dan Krispy Kreme dengan strategi marketing agresif dan inovasi menu yang lebih kekinian membuat Dunkin’ Donuts kehilangan daya tariknya. Ditambah dengan perubahan tren makanan yang beralih ke gaya hidup sehat, popularitas Dunkin’ terus menurun.

Pada 2020-an, banyak gerai Dunkin’ Donuts di Indonesia tutup secara permanen. Meskipun secara global brand ini masih eksis, di pasar Indonesia Dunkin’ harus mengakui kekalahan dari pesaing lokal yang lebih adaptif.


3. Giant – Ritel Besar yang Tak Mampu Bertahan

Giant merupakan salah satu jaringan supermarket dan hipermarket terpopuler di Indonesia, terutama pada era 2000-an. Brand ini berada di bawah naungan Hero Group dan dikenal luas sebagai tempat belanja dengan harga terjangkau dan variasi barang lengkap.

Namun, perubahan kebiasaan belanja masyarakat Indonesia, yang kini lebih memilih convenience store seperti Alfamart, Indomaret, dan belanja online, membuat Giant kehilangan relevansi. Persaingan sengit dengan ritel lain seperti Carrefour (Transmart) dan Lotte Mart juga menekan margin keuntungan mereka.

Pada pertengahan 2021, Hero Group resmi mengumumkan penutupan seluruh gerai Giant di Indonesia. Sebagian lokasi diubah menjadi IKEA atau Hero Supermarket. Penutupan ini menjadi simbol bahwa ritel besar tak selalu mampu mengikuti dinamika pasar yang cepat berubah.


4. 7-Eleven – Gagal Menyesuaikan Diri dengan Regulasi dan Pasar

7-Eleven (Sevel) sempat menjadi fenomena di kalangan anak muda Indonesia. Gerai-gerai mereka bukan sekadar tempat belanja, tapi juga menjadi ruang nongkrong dengan suasana nyaman dan menu ringan yang terjangkau. Puncak kejayaannya terjadi sekitar 2012–2015, ketika banyak gerai buka di kawasan urban Jakarta.

Namun, kebijakan pemerintah soal larangan penjualan alkohol di minimarket, serta lemahnya strategi ekspansi dan pengelolaan keuangan, membuat Sevel tersandung. Selain itu, Sevel tidak bisa bersaing dengan dominasi minimarket lokal seperti Alfamart dan Indomaret yang punya jaringan lebih luas dan harga lebih murah.

Pada 2017, seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia resmi ditutup. Meskipun brand ini tetap eksis di negara lain, kehadirannya di Indonesia kini tinggal sejarah.


Kesimpulan

Empat brand besar ini membuktikan bahwa popularitas dan nama besar tidak menjamin keberlangsungan bisnis jika tidak mampu beradaptasi. Pasar Indonesia dikenal dinamis, cepat berubah, dan sangat kompetitif. Perubahan gaya hidup, perkembangan teknologi, hingga regulasi pemerintah dapat memengaruhi keberhasilan sebuah brand.

Pelajaran pentingnya adalah, bisnis yang ingin bertahan harus terus berinovasi, memahami pasar lokal, dan bergerak lincah mengikuti tren. Jika tidak, nasibnya bisa berakhir seperti Nokia, Dunkin’, Giant, dan 7-Eleven—pernah berjaya, lalu tenggelam dalam diam.

sumber artikel: www.mercatotomatopienewark.com